By: Nandang Burhanudin
****

Saat Daulah Islam tegak, penghina Nabi Muhammad saw. wajib dihukum hingga hukuman maksimal: mati. Namun setelah runtuhnya khilafah Utsmaniyah, berkat pemberontakan wilayah-wilayah Arab atas rayuan Inggris, maka siapapun kini tak tersentuh hukuman dari negara Muslim manapun. Lebih-lebih, seluruh rezim yang ada, memiliki ketergantungan dengan penjajah Salibis-Zionis, yang dulu menjadi induk semang berdirinya negara mereka.

Saya tidak dalam posisi setuju atau tidak setuju dengan penyerangan redaktur Majalah Satir Charlie Hebdo, yang beberapa kali menghina baginda Nabi dengan sengaja. Sangat setuju penghina Nabi itu dihukum berat. Namun tidak setuju dengan aksi radikalisme yang dilakukan kelompok tertentu atas nama apapun. Mengingat, posisi Islam dan umat Islam, tengah terpuruk bahkan di negeri mayoritas Islam sendiri.

Bayangkan, efek dari tindakan penyerangan ke Charlie Hebdo, tercatat 15 masjid dan komplek Islam diserang di Perancis. Inggris sebagai induk semang penjajah menegaskan, perang melawan terorisme Islam. Semua tahu, Islam bukan agama teroris. Namun mereka paham, menjadikan terorisme sebagai "jualan" demi meraih target yang lebih besar lagi, yaitu: memupus citra Islam yang mulai banyak meraih simpatik di kalangan bangsa Eropa sendiri.

Bagi saya, ada cara paling elegan dalam jihad saat ini. Yaitu jihad ekonomi. Andai saja rezim-rezim Teluk dan Saudi tidak "berlebih-lebihan" dalam menggelontorkan harta untuk hal-hal mubazir, dipastikan benua Eropa sudah menjadi benua Muslim. Sayangnya, jihad ekonomi tidak terlalu disadari. Seiring dengan semangat hedonisme yang makin parah. Sampai-sampai Syaikh Arifi, dai Saudi Arabia yang baru dibebaskan dari penjara menegaskan, "Sehari saja rakyat Teluk tidak mengkonsumsi Pepsi, Coca Cola, KFC, dan filem Hollywood, dipastikan membuat ekonomi AS kalang kabut."

Cara jihad elegan inilah yang kini ditempuh seorang pengusaha muda Aljazair. Namanya Rachid Nakkaz. Kamis kemarin, (08/01/15) menawarkan diri untuk membeli 51 % saham majalah Charlie Hebdo. Targetnya, mengontrol redaksi dan visi majalah agar lebih ramah terhadap Islam. Tawaran yang telah ia lakukan sejak September 2012, dengan nilai investasi 350.000 Uero. Namun ditolak pemilik majalah.

Ya. Rachid Nakkaz, dikenal sebagai pengusaha muda yang sukses dan membela Islam dengan elegan. Ia menjadi satu-satunya pengusaha yang membayarkan denda, atas setiap vonis pengadilan Perancis yang menghukum wanita-wanita muslimah bercadar di muka umum. Selama 4 tahun, ia telah menggelontorkan lebih dari 90.000 Euro. Hal yang tidak dilakukan oleh rezim-rezim penguasa negeri Muslim, yang berjumlah 56 negara. Jumlahnya banyak, namun takut dengan satu negara kecil benrama Perancis.

Jadi kawan. Kuasai ekonomi, itu sunnah Rasul yang lama kita tinggalkan. Jika bersiwak saja kita mencontoh baginda Nabi, mengapa masalah ekonomi kita tidak mencontoh beliau? Jadi jihad elegan ke depan adalah: menguasai saham-saham perusahaan multinasional di dunia. Bisakah?
Axact

CYBER TAUHID

Blog ini dibuat untuk mengcounter propaganda musuh musuh Islam dari dalam maupun dari luar, bagi antum yang peduli silakan sebarkan artikel yang ada di blog ini. In Shaa Alloh kami dapatkan berita dari sumber yang terpercaya.NO HOAX

Post A Comment:

0 comments:

tes