Terror TurkiOleh : Bernando J. Sujibto


AntiLiberalNews – Dalam tiga tahun terakhir eskalasi kekerasan melalui serangan bom di
Turki semakin masif. Sudah ratusan korban nyawa hilang karena manuver
gerakan terorisme yang mulai mengancam serius negeri bekas Ottoman ini.


Jejakvledakan bom masif yang menyasar langsung rakyat sipil bisa
ditantai sejak tragedi Suruç, Sanlıurfa (20 Juli 2015) dengan korban
tewas berjumlah 34. Sejak tragedi tersebut, Turki benar-benar dihantam
oleh beberapa gerakan teroris yang terus mengancam hingga detik ini.

Namun sebelum itu, statistik mencatat bahwa ledakan besar yang menelan
korban rakyat sipil secara beruntun pernah terjadi pada 15 November 2003
di sebuah Sinagog, Istanbul (28 tewas) dan berlanjut lima hari
berikutnya pada tanggal 20 di Konsulat Amerika, Istanbul (28 tewas). Dua
ledakan bom oleh AL-Qaeda itu terjadi pada periode awal AKP (Partai
Keadilan dan Pembangunan) menjadi penguasa di Turki.

Setelah itu, tercatat sejak tahun 2015 ancaman bom di Turki makin meluas
dan terjadi di berbagai titik, hingga lokasi-lokasi publik. Setelah
tragedi Suruç, bom mengguncang Ankara, masing-masing pada Rapat Besar
Partai Demokrasi Rakyat (HDP) pada 10 Oktober 2015 (109 tewas), Konvoi
Polisi pada 17 Februari 2016 (29 tewas) dan ledakan bom mobil terjadi di
Kızılay pada 13 Maret 2016 (38 tewas).

Sementara di Istanbul ledakan bom yang menyasar rakyat sipil terjadi
misalnya di area padat turis Sultan Ahmet pada 12 Januari 2016 (11
tewas), pada 9 Maret 2016 ledakan bom terjadi di pusat keramaian jalan
Istiklal (5 tewas), pada 7 Juni 2016 bom meledak di Vezneciler (13
tewas) dan terakhir terjadi di Bandara Ataturk, kemarin pada hari Selasa
tanggal 28 Juni dengan menelan korban tewas berjumlah 44 orang.


Selain bom mobil yang meledak di tengah-tengah konvoi polisi pada 17
Februari 2016, serenetan serangan bom itu sudah tidak lagi
head-to-head melawan aparat keamanan. Kali ini sasarannya adalah
rakyak sipil yang tidak punya sangkut paut dengan urusan politik dan
kekuasaan.

Agen eskternal yang mendukung PKK juga banyak. Selain kelompok suku
Kurdi di Irak dan Suriah yang sudah mempunyai otoritas tanah dan
otonomi di dua negara tersebut, negara-negara seperti Rusia, Inggris
dan Prancis ada di balik mereka.

*Balas Dendam*

Balas dendam adalah istilah yang tepat untuk menggambarkan serangkaian
serang bom di Turki akhir-akhir ini. Dua organisasi teroris PKK dan ISIS
secara terbuka menyatakan perang dengan Turki. Misalnya, bom di Kızılay
jelas sekali sebagai balas dendam PKK (Partai Pekerja Kurdistan) yang
sejak tiga tahun terakhir dihabisi dan dibersihkan dari Turki.
Serangkaian operasi oleh pasukan keamanan Turki telah membuat kelompok
separatis ini menyerang membabi-buta. Mereka sudah berani meledakkan bom
di tengah taman kota di mana rakyat sipil berkumpul. Tujuan balas dendam
untuk membuat chaos di Turki secara masif bisa dibaca sebagai senjata
terakhir yang dipakai PKK yang sudah makin ringkih.

Sementara bom kemarin di Bandara Ataturk adalah balas dendam ISIS. Kali
ini sasaran korbannya lebih luas dan masif. ISIS geram setelah Turki
sejak awal tahun ini semakin gencar membombardir pusat pelatihan dan
kamp-kamp militernya. Dalam lima bulan terakhir mereka sudah banyak
mengirimkan roket dari perbatasan Suriah ke Turki.

Lebih lanjut, ada tiga ancaman serius yang akan terus menghantui Turki
di bawah pemerintahan AKP yang berkuasa dalam satu dekade terakhir. Saya
mencermati tiga kelompok di bawah ini akan menjadi tantangan serius bagi
Turki ke depan. Meski sebenarnya, kekerasan berdarah di Turki sudah
menjadi bagian dari sejarah mereka tanpa melihat siapa dan dari kelompok
mana yang berkuasa. Karena faktanya setiap pemerintahan yang menguasai
Turki—apapun ideologinya—selalu disertai konflik berdarah.

Saya ingin menghadirkan tiga kelompok yang sudah melakukan perlawanan
dengan kekerasan di Turki. Pertama adalah gerakan separatis suku Kurdi
yang diwakili PKK. Ini kekerasan laten, bahkan sebelum PKK lahir tahun
1978. Sebagai gerakan masif dengan para eksponen dan saluran dana yang
kuat, PKK terus mengembangkan sayapnya untuk memperkuat basisnya di
internal Turki. Sementara itu, secara politik ada HDP yang secara
implisit telah menjadi corongnya di parlemen.

Di samping itu, tumbuh pula sayap pemuda mereka dengan nama YDG-H
(Patriotic Revolutionary Youth Movement). Eksistensi PKK ini bagi saya
akan menjadi ancaman laten yang tak pernah mudah diselesaikan. Dan agen
eskternal yang mendukung PKK juga banyak. Selain kelompok suku Kurdi di
Irak dan Suriah yang sudah mempunyai otoritas tanah dan otonomi di dua
negara tersebut, negara-negara seperti Rusia, Inggris dan Prancis ada di
balik mereka.

Kelompok lain dari suku Kurdi yang lebih militan dan tanpa kompromi
adalah TAK (Falkon Pembebasan Kurdistan). Kelompok ini memang tidak
secara langsung terbuka menyatakan diri berafiliasi dengan PKK, tetapi
banyak ditengarai bahwa kelompok yang didirikan tahun 2004 ini
sebenarnya bagian dari PKK untuk mengganggu proses damai PKK-Turki.
Perjuangan TAK dikenal militan dan ingin merdeka dari Turki tanpa syarat
damai. Jika PKK melunak kepada pemerintah—karena adanya perjanjian damai
misalnya—TAK tetap muncul dengan ancaman-ancaman kekerasan bom. Bom
mobil di Kızılay adalah bukti nyata sayap militan kelompok Kurdi yang
satu ini.

Kedua adalah kelompok kiri-komunis yang diwakili DHKP/C (Front-Partai
Pembebasan Rakyat Revolusioner). Kelompok ini sudah terbukti biasa
memainkan bom dan senapan api dengan menyerang pasukan keamanan Turki.
Sejauh ini, aksi DHKP/C dan grup yang berafiliasi dengannya, khususnya
dari front kiri, menyasar apparatus state, khususnya pasukan keamanan
(polisi) sebagai target mereka. Mereka sudah banyak meledakkan bom dan
menembak polisi dalam 10 tahun tarakhir.

Uniknya, PKK dan DHKP/C mempunyai akar ideologis serupa: berangkat dari
paham revolusioner kiri. Grup pertama berjuang untuk merdeka dari Turki,
yang kedua murni sebagai perjuangan ideologis dengan melawan
bentuk-bentuk kebijakan kapitalisme dan neo-liberalisme yang berlaku di
Turki di bawah AKP.

Kelompok ketiga adalah ISIS. Sebagai mahluk mengerikan yang baru
lahir, ISIS adalah fenomena baru. Sejujurnya, saya sulit membaca target
dan perjuangan kelompok yang satu ini di Turki. Nyaris jalan perjuangan
mereka tidak bisa dibaca secara pasti. Saya ingin menunjukkan bukti
betapa kelompok ini bisa dipakai untuk menyerang kelompok siapapun dari
rakyat sipil di Turki. Misalnya, ISIS menyerang kelompok aktivis kiri di
Sanlıurfa (Juli 2015), menghantam massa HDP di Ankara (10 Oktober 2015),
menumpas gerombolan turis di Sultan Ahmet Istanbul (Januari 2016), lalu
kemarin meledakkan diri di bandara.

Dalam konteks Turki, saya melihat ISIS adalah kelompok buram seperti
hantu tanpa tuan, bebas bergentayangan dan menyerang siapa saja dan
kapan saja. Dari ketiga poin di atas, ISIS adalah kelompok yang paling
rapuh tapi sekaligus sangat membahayakan.

* Penulis adalah Mahasiswa Pascasarjana Sosiologi di
Selcuk University, Konya Turki. Sedang merampungkan riset tesis tentang
karya Orhan Pamuk. Follow Twitter @_bje.

Sumber : TurkishSpirits.org

Red : Maulana Mustofa
Axact

CYBER TAUHID

Blog ini dibuat untuk mengcounter propaganda musuh musuh Islam dari dalam maupun dari luar, bagi antum yang peduli silakan sebarkan artikel yang ada di blog ini. In Shaa Alloh kami dapatkan berita dari sumber yang terpercaya.NO HOAX

Post A Comment:

0 comments:

tes