Nama Miley Cyrus dan Lindsay Lohan menjadi buah bibir di tahun 2013. Sayangnya, yang mereka hasilkan hanya kontroversi. Bukan karya yang gemilang dari seorang seniman musik.

Cyrus tampil di sebuah acara MTV yang ditonton oleh jutaan pemuda/i tanggung dengan tampilan seronok. Lucunya, di tengah penampilan seronok itu, muncul beberapa boneka lucu (mirip Teddy Bear) yang mengesankan bahwa target yang dituju memang bukan orang dewasa yang sudah matang. Tapi justru anak-anak kecil.

Kontan saja, penampilan ‘sampah’ itu menuai protes dari penjuru dunia. Cyrus dinilai melecehkan harkat wanita. Cyrus juga yang dituding mengibarkan genderang perang kepada para komunitas anti-kebebasan seluas-luasnya. Belum lagi, banyak statement-nya yang mengindikasikan pembelaan kuat terhadap kaum homo, pelaku primitif (nudist), kaum hippies, dan pelaku kehidupan bebas lainnya.

Banyak orang heran. Cyrus secara sekejap menghapuskan ingatan orang tentang Hannah Montana, film serial yang amat sukses di Amerika. Film produksi Disney ini bercerita tentang penyanyi terkenal, namun tetap rendah hati dan lugu dengan kehidupan sosialnya. Ia tidak berlaku selayaknya artis yang cenderung eksklusif dan angkuh. Sampai-sampai banyak orang yang meragukan, bahwa Hannah benar-benar artis penyanyi terkenal yang sedang digandrungi tersebut.

Film ini sangat digemari oleh kalangan anak baru gede dan remaja tanggung di Amerika. Rata-rata penonton mereka masih seumuran dengan Cyrus ketika itu. Cyrus membintangi film itu pada tahun 2006 dan membuatnya langsung terkenal. Bahkan ia digadang-gadang sebagai sosok artis teladan karena tetap menjaga kepribadiannya yang rendah hati.

Namun kekecewaan publik luntur. Cyrus mulai tampil brutal. Ia bangga disebut sebagai pemberontak. Perusak tatanan sosial masyarakat Amerika. Bahkan media memujinya dengan sebutan ‘Cyrus is the Most Punk Woman!’ ‘Cyrus is the Next Sid Vicious’ ‘Cyrus is more punk than punk bands’ dll. Celakanya, para penggemarnya -yang ikut beranjak dewasa bersama dia- pun mengikuti jejaknya. Secara tidak langsung, psikis mereka terpengaruh dari perilaku idolanya.

Namun Cyrus bukan orang pertama. Kita pernah mengenal Britney Spears dan Christina Aguilera yang dulu merupakan bintang cilik di acara Micky Mouse Club (ini juga produk disney). Mereka tampil dengan sangat lugu dan polos. Tapi anda lihat selanjutnya? Hidup mereka persis. Penuh skandal, penuh kontroversi, dan penuh publisitas.

Cukup disayangkan bila mereka sudah terlanjur terjerumus ke dalam dunia entertain yang ‘kejam’ ketika wajah mereka masih imut-imut, tanpa dosa. Padahal mereka belum siap.

Akhirnya sudah menjadi pemandangan umum bahwa tiap bintang cilik dari Disney dikondisikan dalam suasana yang tidak wajar bagi seorang manusia melalui masa kanak-kanaknya. “Mesin” Disney telah membuat mereka terkungkung dengan aturan-aturan dunia “entertainment”. Mereka menjadi robot bagi pemenuhan kepuasan publik tentang arti karya seni ataupun kebutuhan publik sebagai pelarian terhadap kejenuhan hidup.

Barangkali di antara mereka, sudah menjadi dewasa mendahului hitungan umurnya. Gelimang harta dan popularitas mempengaruhi psikologis mereka. Kita bisa lihat di dalam jiwa Lindsay Lohan, Amanda Bynes, Vanessa Hudgens, Paris Hilton, Justin Timberlake dan terakhir….Selena Gomez.

Bagi semua artis terkenal, terutama mereka yang memulainya sejak masa kanak-kanak, tidak lagi dipedulikan dengan tanggung jawab moral dan sosial. Bertahun-tahun mereka mengalami trauma akibat ‘mind control’ yang merusak perilaku normal manusia di saat umur mereka masih 5-6 tahun. Prinsip moral seputar pemilahan baik dan buruk ditabrak oleh aturan-aturan bisnis entertainment yang hanya berpikir tentang keuntungan dan popularitas. Ini jadi semacam candu, atau semacam hipnosis, agar mereka tidak sadarkan diri.

Lantas, bagaimana dengan di dalam negeri? Apakah pola yang sama juga terdapat dalam diri beberapa artis muda kita, termasuk Agnes Monica? Atau kita pernah ingat bagaimana Marshanda sempat goncang juga emosionalnya (sebelum dia menikah). Atau mungkin saja, Cowboys junior yang sekarang banyak digemari, akan mengikuti pola yang sama di saat mereka dewasa nanti? Beberapa sudah terlihat dari perilaku anak-anak musisi terkenal Ahmad Dhani.

Jadi, kesimpulannya, apakah anda sebagai orang tua, masih mengidamkan anak-anak anda agar mereka tampil di televisi dan terkenal? Atau anda masih ingin membiarkan anak anda mengagumi idolanya secara berlebihan?

Kalau iya, coba renungi kembali konsekuensinya.[ugt]

Oleh: Bey Erest
Axact

CYBER TAUHID

Blog ini dibuat untuk mengcounter propaganda musuh musuh Islam dari dalam maupun dari luar, bagi antum yang peduli silakan sebarkan artikel yang ada di blog ini. In Shaa Alloh kami dapatkan berita dari sumber yang terpercaya.NO HOAX

Post A Comment:

0 comments:

tes