Sejak belajar di Universitas Al-Azhar, Mesir kita selalu yakin dengan orisinalitas Alquran, dengan ilmu ulumul Qur’an yang kita pelajari mulai dari sejarah penulisan Qur’an di zaman Rasul yang berserakan hingga pengumpulan dalam satu mushaf di zaman Abu Bakar dengan metodologi yang mirip metodologi ilmiah modern. Tapi mungkin itu cukup meyakinkan bagi kita orang beriman tapi tidak bagi orang ateis atau skeptis atau materialis yang hanya percaya apa yang bisa dilihat dan diraba.

Karena itu menjadi tantangan umat Islam dan seluruh universitas Islam untuk mengembangkan ilmu arkeologi, kimia, dan lain-lain untuk, tidak hanya mempelajari konten manuskrip kuno dan tafsirnya, tapi juga berburu bukti fisiknya lalu menelitinya di lab-lab.

Walaupun sebagai umat Islam kita tidak perlu terlalu khawatir, karena janji Allah itu pasti benar dan terbukti. Maka “berjalanlah di muka bumi, lalu analisalah…” (qul siiru fil ardhi fan zhuru..), pasti akan kamu dapati setiap penemuan ilmiah itu selalu membenarkan setiap ayat Qur’an. Karena ayat yang tersebar di alam, dengan ayat yang tertulis di mushaf, berasal dari sumber yang satu: Allah.

Dan hari ini umat Islam layak berbahagia, karena Universitas Birmingham dan Oxford membantu kerja-kerja dakwah kita. Mereka merilis riset mereka atas manuskrip mushaf Qur’an yang ada di Universitas Birmingham.

Dengan analisis radiokardon di laboratorium Universitas Oxford, disimpulkan bahwa Mushaf ini ditulis sekitar tahun 568-645M, yang sesuai dengan waktu Rasulullah hidup antara tahun 570 M hingga wafatnya tahun 632 M.

Susan Worrall, direktur special collection dari Cadbudy Research Library Universitas Birmingham mengatakan, bahwa akurasi analisis radiokarbon ini mencapai 95,4%.

Hal ini menjadikan mushaf Alquran yang ada di Universitas Birmingham adalah mushaf tertua yang ada di dunia yang isinya sama persis dengan mushaf yang kita punya hari ini.

Banyak renungan yang bisa kita ambil dari penemuan ini. Renungan yang membanggakan, membahagiakan namun juga menyedihkan.

Penelitian ini semakin membuktikan kejujuran umat Islam menjaga Alquran sejak zaman para sahabat. Bahwa Alquran mereka jaga dengan amanah, disampaikan, lalu ditulis tanpa ada tambahan satu huruf pun hingga sampai kepada kita dengan konten yang sama persis.

Penelitian bukti lembaran Alquran (mushaf) ini menjadi argumentasi yang sangat kuat di depan tuduhan beberapa golongan umat Islam yang tidak mempercayai para sahabat seperti Abu Bakar, Umar dan Utsman, karena mereka beranggapan para sahabat ini menyembunyikan beberapa bagian Alquran yang berhubungan dengan ahlul bait. Berabad-abad debat mereka ini mengisi buku-buku ulumul qur’an atau perbandingan madzhab dan aliran. Namun pada akhirnya, bukti fisik akan selalu mengalahkan dugaan-dugaan.

Penelitian ini memberi kekuatan tambahan akan validitas dan orisinalitas Alquran di depan para materialis yang hanya percaya bukti fisik, dan menyangka bahwa Alquran telah terdistorsi sebagaimana Bible dalam sejarah mereka.

Penelitian ini menjadi referensi tambahan dalam ilmu ulumul qur’an dan tafsir yang selama ini berisi kajian literatur dan kekurangan riset-riset lapangan seperti penelitian manuskrip.

Namun penelitian ini juga membawa kesedihan yang perlu menjadi refleksi diri umat Islam untuk berfikir, bergerak dan berubah.

Bagaimana mungkin mushaf tertua itu ada di Inggris? Tersimpan rapi di Universitas Birmingham dan bukan di museum Saudi atau Cairo atau Istanbul? Bagaimana mungkin para peneliti mushaf ini mayoratisnya bukan muslim? Ke mana para pakar radiokarbon muslim? Ke mana para ‘Indiana Jones’ muslim yang berburu manuskrip yang telah dipindah-tempatkan dari timur tengah ke barat? Mana kajian-kajian telaah fisik manuskrip di Universitas Al-Azhar Mesir, Madinah, Ummul Qura, Damaskus, Qatar atau Universitas Istanbul? Mana museum-museum Islam di negeri-negeri timur tengah yang rapi merawat peninggalan para sahabat? bahkan kita tidak punya museum Rasulullah. Beruntung masih ada Topkapi di Istanbul yang menyimpan beberapa peninggalan nabi, dan pedang sahabat. Mereka juga punya museum yang mengabadikan momen penaklukan al-Fatih, tapi mana museum yang mengabadikan momen-momen paling bersejarah bagi umat Islam, Badr, Uhud, Khandaq, Hudaibiyyah? Apakah Saudi, negeri-negeri Teluk, kekurangan uang untuk membangunnya? saya rasa tidak, karena Dubai membuat cabang Museum Louvre Paris di sana.

Orang akan sangat menjaga apa yang paling berharga yang dia miliki, seperti emas monas yang dijaga siang dan malam. Tapi kekayaan fisik Umat Islam yang berharga justru telah hilang dari negeri-negeri kita, dan bisa kita temui di Musee de Louvre Paris, Vatikan, London.

Mungkin bukan mutlak kesalahan generasi hari ini yang merasakan bekas-bekas penjajahan dua-tiga abad lalu. Tapi setidaknya hal ini perlu memicu adrenalin gerak riset dan laju pengetahuan kita. Bahwa zaman sedang berlari sprint, sehingga dakwah mengenalkan Islam di depan semua manusia itu juga memerlukan kondisi fisik yang prima dengan suplemen pengetahuan paling mutakhir, riset-riset ilmu alam, strategi-strategi ilmu sosial dan tetap bernafaskan ilmu-ilmu keislaman.

Jika ada kesempatan, mushaf tulisan tangan sahabat ini bisa dilihat di The Barber Institute of Fine Art, The University of Birmigham Inggris dari tanggal 2-25 Oktober.(DAKWATUNA)
Axact

CYBER TAUHID

Blog ini dibuat untuk mengcounter propaganda musuh musuh Islam dari dalam maupun dari luar, bagi antum yang peduli silakan sebarkan artikel yang ada di blog ini. In Shaa Alloh kami dapatkan berita dari sumber yang terpercaya.NO HOAX

Post A Comment:

0 comments:

tes