SUATU ketika Anisa tengah menunggu angkutan kota . Di samping Anisa ada seorang anak kecil sedang menangis. Awalnya Anisa tidak begitu memperhatikan anak kecil itu. Namun lama-lama tangisan si anak tidak kunjung reda, karena merasa kasihan. Anisa pun bertanya kepada anak kecil tersebut.
Dengan gamblang anak kecil itu menceritakan bahwa ia adalah korban pencopetan. Laptop serta ponselnya raib saat ia turun dari angkot. Ia bingung harus berbuat apa. Dari jam tujuh pagi sampai jam dua siang ia diam di halte. Sebab sudah tidak ada lagi uang untuk ongkos pulang. Karena merasa iba. Anisa pun mengeluarkan tiga lembar uang lima ribuan dan langsung memberikannya pada Anak kecil tersebut. Sembari menyeka air matanya anak kecil itu menerima uang dari Anisa. Lantas ia pun meminta Anisa untuk mengantarkannya pulang.
Tidak terasa Anisa pun sampai di rumah anak kecil itu. Anisa pun pamit kepada si anak. Namun anak itu melarang Anisa untuk pulang. Ia meminta untuk menunggu di serambi rumahnya.
Beberapa menit kemudian,keluarlah seoang lelaki bergaya parlente. Ia duduk di samping Anisa. Dengan membawa sebuah map berwarna biru. Lantas ia mengutarakan rasa terima kasih terhadap Anisa karena sudah mau mengantarkan anaknya pulang. Anisa pun menjawab bahwa itu adalah tugasnya sebagai seorang muslim. Yang harus saling tolong menolong antar sesama.
Yang patut kita renungkan disini adalah sudah berlaku seperti itukah kita? Memberikan sedekah meski kita tidak mengenal orang itu? Agaknya kalau pun ada itu pun satu berbanding seribu orang. Nyatanya kita sekarang ini masih mengedepankan keegoisan dibandingkan sikap saling menolong antarsesama walaupun kita tidak mengenal siapa yang kita tolong atau berikan sedekah itu. Sedekah tidaklah harus besar asalkan ikhlas. Pahalanya Insya Allah berlipat ganda.[]
Post A Comment:
0 comments:
tes