SYIAH : – 10 Muharram, adalah hari yang sangat fenomenal. Bagaimana tidak, pada hari ini manusia terbagi menjadi dua kelompok; PERTAMA, pengikut sejati Rasulullah, pada hari ini mereka berpuasa, ditambah satu hari sebelum atau sesudahnya, sesuai dengan petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
KEDUA, mereka yang membangkang kepada Rasulullah, pada hari ini mereka menyiksa diri dengan memukul-mukul muka, dada, bahkan melukai kepala dan pundak hingga berdarah-darah.
Golongan Pertama, adalah Ahlus sunnah wal jama’ah, mereka adalah As-sawaad al-A’zham, merekalah mayoritas dengan persentase 80 s/d 90 % dari seluruh jumlah kaum muslimin dunia yang mencapai 1,57 Miliar pada 2009.
Baca artikel selengkapnya di SYIAH INDONESIA tafhadol
Golongan kedua adalah Syi’ah dengan berbagai sektenya; Imamiyah-Rafidhah, Isma’iliyah, Nushairiyah, Ibadhiyah, Houtsiyah, dll dengan persentase + 5,5 %.
Bukti Kesesatan Pesta Duka Berdarah Ala Syi’ah Rafidhah Majusi :
1. Pembangkangan Terhadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah melarang menyiksa diri atas peristiwa musibah yang menimpa seseorang, dalam hadits beliau bersabda:
لَيْسَ مِنَّا مَنْ ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَى الْجَاهِلِيَّةِ
“Tidak termasuk golongan kami orang yang memukul-mukul muka, merobek-robek baju dan berteriak-teriak seperti orang-orang jahiliyah” [HR. al-Bukhari dan Muslim]
Kemudian beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam menambahkan:
“Wanita yang meratapi mayat apabila tidak bertaubat sebelum meninggal, ia akan dibangkitkan pada hari kiamat dengan memakai mantel dari tembaga panas dan jaket dari penyakit kusta.” [HR. Muslim]
PERTANYAAN : Jika Rasulullah menyatakan mereka bukan ‘golongan kami’ (Golongan Rasulullah), maka Syi’ah Imamiah RAFIDHAH termasuk golongan siapa ?
2. Tasyabbuh (menyerupai) Kaum Kuffar Dalam Ritual Ibadah Mereka
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُم
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka”. ( HR. Abu Dawud,no 4031, dan Ahmad : 2/50, 2/92 ).
Dalam hal ini mereka menyerupai Kristen, lihat di sini :
Ritual kaum syiah sama dengan ritual yang dilakukan orang Kristen Ortodoks di Filipina yang memperingati kematian dan disalibnya Isa Al-Masih ( versi keyakinan mereka). Menurut mereka disalibnya Isa Al-Masih harus diperingati setiap tahunnya, karena ia telah berkoorban menebus dosa manusia.Pada tahun ini hari itu bertepatan dengan jum’at agung
( http://www.facebook.com/media/set/?set=a.390415370981603.88412.221268711229604&type=3 )
Kecuali jika mereka mengklaim bahwa hak paten ritual ini adalah inovasi dan temuan mereka. Tapi, dalam hal ini, biarlah mereka yang berkompromi dengan Kristen.
3. Al-Qur’an Menegaskan Mereka Telah Ditipu Dan Tertipu
Allah Ta’ala berfirman dalam Surat Al-Kahfi ; 103-104 , yang artinya :
Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya” .(103)
” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (104)
Katakanlah: “Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya” .(103)
” Yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedang mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya.” (104)
Inilah faktanya; mereka kira ritual ini adalah ibadah terbaik, dan bukti cinta sejati mereka terhadap Ahlul Bait. Namun kasihan, sungguh mereka telah tertipu.
4. Ritual Duka Berdarah-Darah Ini, Ajaran Siapa ?
Imam Husein radhiyallahu ‘anhu dan anak-cucunya tidak pernah melakukan hal ini, apalagi menyuruhnya, bahkan Imam Husein melarangnya dengan tegas. Di akhirat kelak Imam Husein akan berlepas tangan dari mereka.
Maka kelak mereka akan menyesal, sesuai firman Allah, yang artinya :
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan di antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami”. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. (QS.Al-Baqarah:167).
(Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan di antara mereka terputus sama sekali. Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: “Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami”. Demikianlah Allah memperlihatkan kepada mereka amal perbuatannya menjadi sesalan bagi mereka; dan sekali-kali mereka tidak akan keluar dari api neraka. (QS.Al-Baqarah:167).
5. Cinta Palsu Yang Zhalim
Jika bukti cinta Ahlul bait, adalah dengan merayakan pesta kematiannya dengan ritual syaithaniyah ini, maka Ali bin Abi Thalib ayah Husein lebih berhak dengan ritual ini.
Sesungguhnya ayah Husain (‘Ali bin Abi Thâlib Radhiyallahu ‘anhuma) jauh lebih afdhal (utama) darinya. Beliau juga meninggal dalam keadaan terbunuh. Akan tetapi, mereka tidak menjadikan hari kematiannya sebagai hari berkabung layaknya hari kematian Husain Radhiyallahu ‘anhuma.
Bukankah ini kezhaliman yang besar, saat mereka memuja-muji Husein melebihi ayahnya, sang Khalifah ?
6. Dan Bukankah Rasulullah Lebih Pantas Dan Berhak Untuk Diperingati ?
Allah Azza wa Jalla telah memanggil Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, penghulu anak Adam di dunia dan akhirat, sama seperti para nabi sebelumnya. Namun, tidak ada seorang pun menjadikan hari wafat beliau sebagai hari bela sungkawa, atau melakukan perbuatan orang-orang dari sekte Syiah pada hari kematian Husain.
Tidak seorang pun menyebutkan bahwa terjadi sesuatu sebelum atau sesudah hari kematian mereka, seperti apa yang disebutkan Syiah pada hari kematian Husain. Seperti terjadinya gerhana matahari, adanya cahaya merah di langit dan lain-lain”.
Bahkan Al-Qur’an telah menegaskan bahwa iman, takwa, dan kecintaan tidaklah terikat dengan kelahiran atau wafatnya Rasulullah. Allah berfirman yang artinya :
” Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul . Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” ( Aali Imran :144)
” Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul . Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” ( Aali Imran :144)
7. Ayatus-Syi’ah (Tokoh-tokoh mereka) Telah Mendustai Dan Mempermainkan Mereka.
Bukankah cinta Husein dibuktikan dengan menyiksa diri, maka kita tantang Ayatusyi’ah mereka melakukan ritual ini. Buktkanlah kepada kami wahai Ali Khamane’i ( Iran), Ali Sistani (Irak), Hasan Nashrallat (Lebanon), Muqtadha Shadr (Irak), silahkan lakukan ritual siksa diri yang dilakukan pengikut kalian, jika kalian adalah orang-orang yang benar !
8. Harga Sebuah Pengkhianatan
Dusta sejarah terbesar yang direkayasa Syiah adalah : bahwa Husein Bin Ali dibunuh oleh Yazid bin Muawiyah.
Lantas SIAPA PEMBUNUH HUSEIN ? Kami tidak perlu menjawab, cukup ayatusyi’ah yang menjawabnya :
Marji’ Syi’ah Ayatullah Al-Uzhma Muhsin Al-Amin menuliskan : ” … Kemudian Husein dibai’at oleh 20.000 orang dari penduduk Irak, dan mereka semua menipunya, mereka keluar sedang bai’at ada di leher mereka, maka mereka pun membunuhnya.” (A’yaan Al-Syi’ah : juz I, hal 34).
Imam Husein berwasiat kepada saudarinya Zainab : “Wahai saudariku tercinta, saya bersumpah di depanmu, maka tunaikanlah sumpahku ! janganlah kau merobek-robek baju ( karena kematian ku ), janganlah kau memukul wajah, jangan pula berteriak-teriak dengan kata-kata (sungguh celakalah kami..merugilah kami). ( Mustadrak Al-Wasa’il : juz I, hal 144).
Kemudian Imam Husein mendo’akan kehancuran untuk Syi’ahnya : ” Ya Allah, jika Engkau beri mereka kenikmatan sampai waktu yang telah ditentukan, maka pecahkanlah mereka menjadi sekte-sekte, jadikanlah jalan mereka berbeda-beda, dan janganlah Engkau jadikan para pemimpin manapun ridha terhadap mereka. Sesungguhnya mereka mengundang kami untuk membela kami, kemudian mereka berkhianat dan memerangi kami.” ( Kasyf-Al-Ghummah, juz II, hal 18 dan 38, I’lam Al-Waraa, karya Al-Thabrasi, hal 949, dan Al-Irsyad karya Al-Mufid, hal 241).
Intinya, Imam Husein mengakui syi’ahnya lah yang mengkhianati dan membunuhnya, dan beliau sangat yakin bahwa beliau akan syahid saat itu, lantaran itu beliau berwasiat dan bersumpah agar wafatnya beliau jangan diperingati dengan cara2 bertentangan dengan Syari’at Islam. Dan akhirnya, beliau mendo’akan kehancuran bagi Syi’ah.
9. Tipuan, Penyesalan, Atau Hukuman ?
Lantas kita bertanya, jika ini hakikatnya, mengapa Syi’ah masih saja menyiksa diri dalam memperingati wafatnya Imam Husein ?
Jawaban : Hanya ada tiga kemungkinan :
PERTAMA : Perbuatan tersebut adalah tipuan; mereka sadar bahwa nenek moyang Syi’ah mereka adalah pengkhianat dan pembunuh Husein, maka hal ini perlu ditutupi dengan ritual bersedih dan menyiksa diri.
KEDUA : Mereka tahu bahwa merekalah yang mengkhianati dan membunuh Husein, maka perbuatan ini adalah bentuk penyesalan tingkat tinggi atas dosa mereka terhadap Husein.
KETIGA : Allah Subhanahu wa Ta’ala menghukum mereka karena pengkhianatan mereka kepada Ali, Hasan dan Husein dengan siksaaan yang mereka lakukan terhadap diri mereka sendiri.
S A U D A R A K U !
BUKTIKAN CINTA KITA dengan mengikuti Rasulullah dalam sunnah beliau, yang sampai kepada kita melalui sahabat-sahabat beliau yang jujur dan terpercaya.
Allah Ta’ala berfirman yang artinya :
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Aali Imran:31)
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Aali Imran:31)
WAHAI SYI’AH INDONESIA, jika dalil-dalil dari Al-Qur’an, hadits dan logika juga tidak kalian terima, lantas dengan apa lagi kalian beragama ?
WAHAI SYI’AH INDONESIA, agama siapa yang sebenarnya kalian ikuti ?!
Sumber: LPPI Makasar
Post A Comment:
0 comments:
tes