Islamedia – Tim SOS Syria – ACT telah sepekan menjejakkan kaki di Turki, sebagai negara yang berbatasan langsung dengan Suriah, pilihan untuk transit di Turki dianggap jadi solusi terbaik sampai dengan hari ini. Apalagi, mengingat blokade rezim di Aleppo masih sulit untuk ditembus, bahkan banyak bantuan kemanusiaan yang dirilis oleh PBB tertahan di perbatasan Suriah, menunggu otorisasi dari rezim yang nampak sengaja menahan dan mempersulit kiriman logistik tersebut.
Selama sepekan di Turki, Tim SOS Syria – ACT berfokus di wilayah selatan Turki, dekat dengan garis perbatasan Suriah. Di lokasi ini, tim ACT menjalin kerjasama dengan lembaga kemanusiaan asal Turki dan Suriah, mencoba bergerak cepat membantu distribusi logistik dan pangan di banyak titik kamp pengungsian Suriah sepanjang perbatasan.
Pada hari Rabu (11/5) Tim SOS Syria- ACT dipimpin langsung oleh Syuhelmaidi Syukur selaku Senior Vice President-ACT sukses mendistribusikan bantuan pangan untuk kamp pengungsian Suriah yang terletak di sebuah kota sebelah selatan Turki, dekat dengan garis batas Suriah. Distribusi bahan pangan ini difokuskan untuk anak yatim dan janda korban perang Suriah yang kini menetap di kamp pengungsian, di sebuah desa kecil bernama Baglar Mahalesi.
Logistik berupa bahan pangan amanah masyarakat Indonesia pun tuntas terdistribusi di salah satu kamp pengungsian Baglar Mahalesi. Kamp ini hanya berjarak kurang lebih 61 Kilometer dari Kota Aleppo jika ditilik menggunakan aplikasi jelajah Google Maps. Tentu, walau perjalanan menuju Aleppo hanya sekira hitungan satu jam perjalanan, jalan membentang menuju Aleppo tak bisa begitu saja dilintasi, ada gerbang perbatasan super ketat yang tak bisa ditembus sembarangan. Ada risiko keamanan yang harus dipikirkan matang.
Kamp pengungsi yang jadi sasaran di Baglar Mahalesi adalah kompleks pengungsian cukup besar yang dikelola oleh sebuah NGO asal Suriah. Kompleks ini memiliki dapur umum, pusat pendidikan, pusat bermain anak, masjid dan ruang-ruang untuk tempat para penghuni komplek ini bertatapmuka dan bersilaturahim.
“Terimakasih, semoga dibalas kebaikan oleh Allah. Alhamdulillah, kebutuhan dapur dan logistik kami terpenuhi untuk dua pekan ke depan”, seru Abdul Hamid, kordinator logistik kompleks tersebut.
Hanya berjarak 16 Kilometer atau setengah jam perjalanan dari pos perbatasan Suriah, kamp pengungsian target distribusi pangan ACT ini berada di sebuah kota yang jadi pilihan utama puluhan ribu pengungsi Suriah untuk mencari perlindungan keamanan. Pemerintah Turki pernah mengatakan, gerbang perbatasan Turki sebelah Selatan menghubungkan Sarmada atau Idlib di Suriah adalah jalur lintas batas paling sibuk antara kedua negara. Maka dari itu wajar jika kini, kamp pengungsian warga sipil Suriah di sebelah selatan Turki membludak luar biasa. Kota yang jadi sasaran distribusi bantuan ini pun berubah jadi “the Little Syria” saking banyaknya jumlah pengungsi Suriah di kota ini.
Catatan terbaru yang dirilis oleh pemerintah Turki menyebut angka 95 ribu lebih pengungsi Suriah di kota ini. Padahal hasil sensus penduduk tahun 2012 silam hanya ada 89 ribu penduduk asli yang memegang identitas penduduk Turki. Artinya, jumlah pengungsi Suriah di Kota ini sudah melebihi populasi asli kota.
Laporan dari Tim SOS Syria – ACT di Turki, kebanyakan pengungsi Suriah sudah menemukan napas hidup yang baru di kota dekat perbatasan ini. Selama berabad silam sejak kota pinggiran ini dihidupi oleh etnis asli Turki, kota ini memusatkan ekonominya pada pertanian dan peternakan. Padi, kapas, dan hewan ternak adalah komoditas utama yang menjadi penggerak ekonomi wilayah sebelah selatan Turki. Kesempatan inilah yang kini jadi harapan baik bagi masa depan puluhan ribu pengungsi Suriah di kota ini.
Bahkan mengutip dari deretan foto essai yang sempat diunggah oleh laman Qantara.de, puluhan ribu pengungsi Suriah di kamp pengungsian dekat perbatasan sudah banyak yang jadi pelopor proyek bisnis unik demi menyambung hidup. Keterbatasan sumber daya sebagai pengungsi korban keganasan perang Suriah tak menyurutkan semangat mereka untuk memulai hidup baru, melupakan derita perang di negeri sendiri.
Hari ini, banyak pengungsi Suriah di kamp pengungsian selatan Turki mulai membuka usaha roti, menjual daging, dan menjual makanan-makanan lokal asal Suriah. Harapan baru pun mulai terbit dari kamp pengungsian dekat perbatasan Turki dan Suriah, perlahan tapi pasti masa depan puluhan ribu warga sipil Suriah di kembali benderang.[islamedia/act/YL]
Post A Comment:
0 comments:
tes