Islamedia – Selalu menarik jika membaca kembali kisah Nabi Ibrahim Alaihi Salaam dalam dakwahnya kepada kaumnya, salah satunya ketika Nabi Ibrahim menghancurkan patung berhala yang disembah kaumnya dan menyisakan satu patung berhala besar.
Raja Namrud yang merupakan raja saat itu marah besar ketika patung berhala sesembahanya hancur. Saat itu raja Namrud langsung mengerahkan seluruh pasukanya untuk menangkap pelaku penghancur patung berhala.
“Kurang ajar, siapa yang berani menghancurkan berhala kita?” Raja Namrud meluapkan amarahnya.
Tidak seorang pun menjawab. Namun ada seorang saksi yang melihat bahwa hanya Ibrahim saja yang tidak ikut berburu ke hutan dengan alasan perutnya sakit.
“Tangkap dia dan bawa ke hadapanku!” perintah Raja Namrud.
Ibrahim kemudian di tangkap, dalihnya karena hanya ia seorang yang tidak ikut keluar kota untuk berburu hewan. Pastilah ia yang melakukan penghancuran ini.
Ia dibawa kehadapan Raja Namrud, disaksikan rakyat banyak ia diinterogasi. Ibrahim tersenyum, memang inilah yang diharapkannya.
Bertanya Raja Namrud : “Apakah kamu yang menghancurkan berhala-berhala itu?”
Nabi Ibrahim Menjawab : “Saya punya pikiran, kamu juga punya pikiran. Kalau mau mencari siapa pelaku penghancuran berhala-berhala itu, maka tanyakanlah kepada berhala yang paling besar itu. Bukankah kapak itu menggantung di lehernya. Berarti berhala paling besar itulah pelakunya.”
Raja Namrud berang mendengar ucapan itu : “Hai Ibrahim, kau sungguh bodoh? Dimana otakmu? Masak patung seperti itu akan saya ajak bicara mana mungkin dia bisa bicara? Kau jangan mengada ada!”
“Hai Raja Namrud!” kata Ibrahim dengan lantangnya. “Siapa yang sebenarnya bodoh. Mengapa patung yang tidak dapat berbicara dan bergerak kau jadikan Tuhan yang harus disembah. Mengapa patung dan berhala yang tidak dapat melindungi dirinya itu kalian puja-puja, bukankah ini kebodohan yang teramat sangat?”
Raja Namrud dan pengikutnya terdiam mendengar jawaban Ibrahim itu. Sebagian masyarakat yang akalnya sehat membenarkan ucapan Nabi Ibrahim itu, namun mana berani mereka angkat bicara.
Sementara Raja Namrud dan para pengikutnya tak dapat membantah. Hanya amarah yang timbul dihatinya. Dan langsung Raja Namrud memerintahkan Ibrahim untuk ditangkap dan diikat.
“Apa hukuman yang pantas dijatuhkan untuknya?” tanya Raja Namrud kepada para penasihatnya.
“Bakar! Bakar saja dia sampai mati!” jawab para penasihat kerajaan.
Kayu-kayu segera dikumpulkan. Ibrahim diletakkan diatasnya dalam keadaan terikat kemudian dibakarlah ia hingga kayu yang bertumpuk-tumpuk itu habis.
Raja Namrud dan rakyatnya mengira Ibrahim akan hangus menjadi abu. Namun setelah api itu padam Ibrahim masih segar bugar. Itulah mu’jizat Nabi Ibrahim, tak mempan dibakar.
dikutip dari Blog Kisah Cerita Islam
[islamedia/az]

Post A Comment:
0 comments:
tes