Pria yang akrab dipanggil Mirza itu mengatakan, terkejut dengan aksi pembakaran yang bisa melukai hati umat Islam. Apalagi, kata dia, bersamaan dengan Hari Santri Nasional.
Seharusnya, menurut Mirza, peringatan Hari Santri Nasional diisi dengan kegiatan-kegiatan yang mendamaikan umat, bukan malah meresahkan umat.
"Boleh kita tidak suka pada eks HTI, benderanya atau simbol-simbol lainnya, tapi jangan main hakim sendiri apalagi menyangkut tulisan tauhid yang sakral bagi mayoritas Muslim," ujarnya.
Masalah pembakaran tersebut menulai kecaman dari banyak pihak. Sejumlah oknum yang diduga Anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Garut, Jawa Barat membakar bendera bertuliskan kalimat tauhid, viral di media sosial.
Kejadian itu diduga dilakukan saat berlangsungnya acara perayaan Hari Santri Nasional, Senin 28 Oktober 2018. Para pelaku beralasan bendera yang dibakarnya adalah milik organisasi terlarang, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Mirzan berharap kejadian seperti itu tidak terulang lagi. Dia mendesak para pelaku untuk segera minta maaf.
Ditegaskannya, rakyat Indonesia harus menunjukkan sikap yang beradab dalam menyampaikan pesan atau tujuan ke masyarakat luas. Bukan malah merendahkan seseorang, apalagi menghina kalimat yang sakral dalam keyakinan umat Islam.
"Tujuan yang baik harus disampaikan pula dengan cara-cara yang baik dan santun," ujarnya.
Mirzan berharap kejadian seperti itu tidak terulang lagi. Dia mendesak para pelaku untuk segera minta maaf.
Ditegaskannya, rakyat Indonesia harus menunjukkan sikap yang beradab dalam menyampaikan pesan atau tujuan ke masyarakat luas. Bukan malah merendahkan seseorang, apalagi menghina kalimat yang sakral dalam keyakinan umat Islam.
"Tujuan yang baik harus disampaikan pula dengan cara-cara yang baik dan santun," ujarnya.
Post A Comment:
0 comments:
tes