"Muslim Amerika di AS sangat khawatir tentang keselamatan mereka, keamanan keluarga mereka, keselamatan lembaga mereka, dan mereka tidak merasa aman untuk pergi keluar," kata Direktur Eksekutif CAIR, Nihad Awad.

Pada 2015, terdapat 79 insiden. Adapun pada tahun pertama pencatatan di 2009, hanya 13 masjid yang melaporkan insiden penyerangan.

Tahun 2016 bisa jadi merupakan tahun terburuk bagi umat Muslim di Amerika Serikat. Pasalnya, kejahatan anti-Muslim melonjak di tahun ini dan masjid menjadi salah satu target utama penyerangan.



Menurut laporan baru oleh Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), hingga September, sudah tercatat 55 masjid di AS yang menjadi target penyerangan.




Seperti dilansir dari ABC News, tiga masjid menjadi sasaran bulan ini, mereka semua yang terjadi pada atau sekitar peringatan 15 tahun serangan 11 September 2001.

Salah satu masjid yang diserang merupakan masjid yang pernah disambangi oleh penyerang kelab gay di Orlando, Omar Mateen. Menurut petugas kepolisian setempat, masjid yang berada di Fort Pierce, Florida, itu sengaja dibakar oleh seorang anti-Muslim.

Insiden kedua, masjid di New Hampshire yang dilempar batu. Dan minggu lalu, sebuah traktor dua kali menabrak pusat komunitas Islam di Laurel, Maryland.

Pada Juni, 14 masjid menjadi sasaran. CAIR menghubungkan penyerangan ini dengan aksi pembantaian kelab gay di Orlando. Sebagian besar insiden pada tahun 2016 merupakan intimidasi, penyerangan fisik, dan vandalisme.

"Tidak ada Muslim yang merasa aman, terlepas di mana mereka tinggal, baik itu di New York, Minnesota, Washington, maupun di pinggiran kota atau di kota-kota yang terisolasi," kata Awad.

Belum diketahui apakah motif kejahatan Islamofobia terbaru berhubungan dengan 11/9 atau retorika politik anti-Muslim yang diperjuangkan oleh Donald Trump.

Tapi Awad mengatakan, keduanya menjadi alasan peningkatan kejahatan Islamofobia di AS. "Kami mencoba untuk memahami mengapa Trump menargetkan komunitas Muslim," katanya. "Salah satu kesimpulan sederhana adalah Trump memiliki daya tarik bagi orang-orang yang cemas, marah, dan tidak punya kepastian tentang masa depan mereka."

Donald Trump, kata ia, mengeksploitasi, menggunakan, serta menjual ketakutan itu. Ketakutan itu terjual di kondisi tegang seperti sekarang ini.

Menurut laporan CAIR bersama FBI pada 2015, tercatat 16,1 persen dari 1.140 korban kejahatan terkait kebencian agama adalah umat Muslim. Angka ini menunjukkan kenaikan dari tahun-tahun sebelumnya, padahal angka kejahatan kebencian keseluruhan di kelompok agama lain menurun.

Meskipun belakangan ini intensitas kejahatan meningkat, menurut Awad, umat Islam adalah bagian penting dari masyarakat Amerika.

"Saya pikir orang-orang telah mengenal komunitas Muslim Amerika dan mereka telah melihat bagaimana Muslim Amerika berani memerangi ekstremisme," papar Awad.

"Muslim Amerika juga merupakan korban 9/11, dan Muslim Amerika turut melayani negara dengan menjadi Angkatan Darat AS. Muslim Amerika telah berjuang untuk negara ini," katanya. Dari 2.996 orang Amerika yang tewas pada 11 September 2001, tercatat 60 adalah Muslim Amerika.

"Kita perlu pemimpin politik yang membela apa yang benar. Yang berani untuk memberantas tindakan kebencian tanpa melihat identitas korban. Kita semua orang Amerika dan kita semua layak mendapat perlindungan yang sama dan rasa hormat yang sama, "kata Awad.(dm).


Sumber :
https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-nusantara/16/09/16/odld0t377-muslim-amerika-di-as-sangat-khawatir
Axact

CYBER TAUHID

Blog ini dibuat untuk mengcounter propaganda musuh musuh Islam dari dalam maupun dari luar, bagi antum yang peduli silakan sebarkan artikel yang ada di blog ini. In Shaa Alloh kami dapatkan berita dari sumber yang terpercaya.NO HOAX

Post A Comment:

0 comments:

tes