Oleh : Ahmad Dzakirin
Dalam Peringatan 100 tahun sekolah Imam dan Hatip, Erdogan kembali secara terang-terangan mengkritik gerakan Hizmet yang didirikan Fethullah Gullen. Kelompok Gullen dituduh berada dibalik operasi anti korupsi yang menarget pimpinan puncak AKP, para pebisnis pro AKP dan bahkan anak bungsu Erdogan sendiri, Bilal Erdogan.
"Seorang Muslim haram merancang kejahatan atas Muslim yang lainnya atau pada siapapun. Mengapa kita (merujuk kelompok Gullenis) harus sembunyi dibawah tanah sembari mengenakan penutup muka dan hidup dalam kebohongandisaat KITA kini bebas berjalan diatas bumi dengan penuh KEBANGGAAN.
Ada fitnah oleh kelompok oposisi atas anak-anak saya (atas keterlibatannya dalam korupsi). Akan saya katakan dengan terang benderang: Jika ada anak-anak saya yang terlibat korupsi, saya TIDAK AKAN AKUI DIA (sebagai anak saya).
Namun konspirasi mereka menarget saya melalui keterlibatan anak saya, Bilal dalam LEMBAGA AMAL Pelayanan dan Pendidikan untuk Generasi Muda (TURGEV).
Hanya saja, pemimpin model ini (Kemal Kilicdaroglu, pemimpin oposisi CHP) merasa terganggu atas aktivitas sosial anak saya yang pada dasarnya tidak ada kaitannya dengan dia. Untuk itu, harusnya dia lebih banyak bercermin."
Di Turki kelompok Islam lebih dari SATU Abad hidup dalam tekanan rejim sekuler, termasuk madrasah Imam Hatip dan bahkan kelompok Gullen sendiri, namun seiring kemenangan AK dan ditundukkannya militer, Turki menjadi negara yang diperhitungkan secara politik dan ekonomi.
Hanya saja, kontrol kuat kelompok Gullenis dalam birokrasi Kejaksaan dan Intelejen Kepolisian, menyusul beberapa kasus politik yang terjadi, seperti perintah penahanan atas ketua intelejen Turki, Hakan Fidan, penyadapan kantor PM dan berikut tuduhan skenario kerusuhan Gezi Park menjadikan Erdogan menuding kelompok ini sebagai "Negara dalam negara" (Parallel State) yang dikendalikan sang Hoca, Fethullah Gullen dari markasnya di Pennsylvania, AS.
Sebelumnya, 2011, dalam sambuatannya di pembukaan Olympiade Pendidikan Turki yang diselenggarakan Gerakan Hizmet, Erdogan memuji dan secara khusus menyerukan sang Hoca, Fethullah Gullen yang pernah diburu rejim sekuler di era 90-an atas tuduhan makar, bersedia pulang ke tanah air dan bersama membangun Turki usai kemenangan AKP ketiga kalinya dalam pemilu.
Post A Comment:
0 comments:
tes