Demonstrasi di Mesir tak kunjung usai padahal sudah berlangsung 7 bulan. Sejak Mursi dijatuhkan 3 Juli lalu hingga sekarang gelombang demonstrasi semakin meluas. Awalnya disangka hanya dari pihak Ikhwanul Muslimin saja, namun saat ini seluruh kalangan dari Islamis, Kiri, Sekuler dan Nasionalis bersatu untuk menentang Kudeta Militer.
Para pendukung kudeta yang mayoritas dari kalangan kiri, sekuler dan nasionalis yang sebelumnya mendukung militer merasa dikhianati. Awalnya mendukung militer hanya berprinsip yang penting bukan dari kalangan Islam.
Namun nyatanya setelah Mursi digulingkan, dukungan mereka dimanfaatkan oleh militer untuk dijadikan kendaraan militer kembali kepada kekuasaan. Bahkan saat ini militer menghabisi siapapun yang menolak pemerintahan militer tidak peduli apakah mereka pernah mendukung atau pun tidak.
Dari sini sangat terlihat, kalangan kiri, nasionalis dan sekuler lebih didengar dan dilindungi dijaman Mursi daripada ditangan Militer.
Tak kunjung berhentinya dan semakin besarnya demostrasi di Mesir menentang kudeta militer disebabkan oleh beberapa hal :
1. Kekejaman Militer Menghabisi Semua Kalangan
Setelah kekuasaan digenggam, militer tidak peduli lagi siapa yang melawan mereka. Korban-korban yang berjatuhan ternyata dari dari kalangan Islam, Kristen, Kiri, Nasionlis dan Sekuler. Tentu saja keluarga dan sahabat dari mereka dari beragam kalangan tersebut merasa terpanggil untuk membela mereka.
Korban yang berjatuhan pun sangat dramastis. Lihat pembantaian di Rabaah, Nasr City, di berbagai kampus dan sekolah serta yang terakhir pada tanggal 25 Januari 2014. Dimana pada tanggal 25 Januari, hanya dalam satu hari diperkirakan 100 rakyat Mesir dibantai oleh rezim Militer.
2. Dihancurkannya Simbol-Simbol Revolusi
Simbol-simbol revolusi yang dihancurkan oleh militer adalah dibebaskannya Husni Mubarak yang kala itu menjadi pemersatu para revolusioner. Dengan dibebaskannya Husni Mubarak, maka militer menjadi musuh bersama semua kalangan pendukung revolusi.
Kembalinya militer untuk mencalonkan menjadi presiden, seperti Jendral Asisi, padahal saat kudeta dilakukan sang jendral berkata tidak akan mencalonkan sebagai presiden.
Dalam undang-undang yang sahkan melalu rekayasa referendum, didapatkan pasal bahwa warga sipil diadili menurut pengadilan militer. Tentu saja hal ini bertentangan dengan nilai-nilai revolusi
3. Rekayasa Yang Kasat Mata
Banyak rekayasa-rekayasa yang dilakukan oleh militer. Dari hasil referendum, tingkat keikutsertaan masyarakat terhadap referendum serta Bom-bom yang meledak yang diciptakan sendiri oleh rezim militer. Semua hal ini sangat mudah terbaca oleh masyarakat.
4. Ekonomi Yang Terpuruk
Walau sudah mendapat suntikan dana yang sangat besar dari para pendonor kudeta, namun ekonomi Mesir dijaman militer justru lebih parah dibandingkan dijaman Mursi. Harga-harga melambung, kebutuhan pokok sangat sulit untuk ditemukan. Bahkan roda ekonomi kembali dikuasai untuk kepentingan petinggi Militer.
Namun yang luar biasa dari Mesir adalah mereka tetap konsisten dengan perjuangan damainya. Para Demonstran tidak ingin Mesir menjadi Suriah dan Libiya yang akhirnya hancur menjadi perang saudara bukan menjadi negara Demokrasi.
Entah sampai kapan Mesir akan seperti ini terus… Walau ribuan korban sudah berjatuhan demi Demokrasi namun negara pendukung demokrasi, Amerika, justru memberi kucuran dana yang luar biasa kepada Militer. Ya… karena hasil demokrasi di Mesir tidak sesuai dengan kepentingan Amerika.(nasrulloh Mu)
Post A Comment:
0 comments:
tes