By : Ahmad Dzakirin
Kelompok Hizmet atau Gullenis adalah pecahan ordo Sufisme Nurcus atau Muhammad Nursi, ulama Usmani yang aktif menentang propaganda sekularisme Mustafa Kemal. Secara metodologis, ordo ini menyatakan tidak ikut campur dalam politik, namun dalam praktek seperti disimpulkan Levent Basturk, kelompok Hizmet adalah salah kekuatan politik yang tangguh di Turki sekalipun tidak secara formal berbentuk partai politik.
Hal ini karena Gullenis sejak 80-an telah melakukan investasi SDM di birokrasi lewat jalur pendidikan. Fethullah Gulen secara efektif menggunakan para pengikutnya di institusi birokrasi, intelejen kepolisian dan Yudisial untuk lebih menjalankan agenda politik sang Hoca ketimbang semata sebagai pressure group seperti lazimnya civil society dalam sistem demokrasi.
Perintah penangkapan Kepala Intelejen Turki, Hakan Fidan dan operasi anti Korupsi oleh institusi Kejaksaan dan kepolisian atas para petinggi dan pengusaha disekeliling AKP menjadi contoh kasat mata bagaimana institusi dibawah kendali Erdogan dapat mem-bypass hirarki pengambilan keputusan ketika kepentingan gerakan ini terancam. Tidak heran, jika Erdogan menuduh mereka 'negara dalam negara' (parallel state).
Karena kelindan sosial mereka yang kuat, Erdogan memanfaatkan Hizmet untuk menyingkirkan militer dan intelejensia sekuler. Dan sebagai gantinya, Gullenis menikmati preferensi pemerintah atas jejaring pendidikan dan bisnis mereka dalam soft diplomacy AKP di luar negeri.
Namun gejala friksi diantara dua matahari kembar ini mulai terbuka. Hizmet menuduh Erdogan meninggalkan Hizmet dan cenderung otoritarian. Gullen mengkritik kebijakan anti Israel Erdogan pasca insiden Mavi Marmara, 2010. Selanjutnya, Kritik media Gullenis semakin menguat hingga akhirnya beredar dokumen rapat Dewan Keamanan Nasional yang belum diverifikasi tentang rencana DEGULENISASI pemerintah dalam birokrasi. Kelompok Gullen menuduh rencana pentutupan Prep School atau Dersanes adalah bagian rencana licik pemerintah memotong sumber kaderisasi dan dukungan finansial bagi gerakan ini.
Dan kini, friksi kedua kelompok ini tampaknya sulit dipulihkan. Gullen secara terbuka mengkritik habis-habisan Erdogan. Dalam sebuah kesempatan, Gullen menyejajarkan Erdogan dengan Fir'aun. "Jika Fir'aun merancang kejahatan buat anda maka saat itu, anda berada di jalur yang benar." Bahkan lebih jauh, Media-media utama pro Gullen bahkan mendoakan kebinasaan buat Erdogan.
Menurut Levent Basturk, perselisihan Erdogan dan Gullen tidak semata rivalitas individual dua tokoh kunci di Turki. Namun lebih dari itu, adalah perbedaan cara pandang politik. Jika Erdogan lebih independen maka Gullen condong pro Barat.
Pasca 2010, Gullen tidak nyaman dengan kecenderungan Erdogan yang disebutnya anti Barat, anti Israel, berbisnis dengan Iran ditengah blokade AS, mendukun tanpa kompromi Ikhwan pasca kudeta dan melakukan terobosan damai dengan Kurdi sekalipun harus berkompromi dengan elemen radikal Kurdi pimpinan, Abdullah Ocalan.
Hampir serupa, Valeria Heuberger menyatakan. "Benar Gullen adalah gerakan Islam yang memiliki agenda tersembunyi, namun saya pastikan bukan agenda radikal (anti Barat). Agenda mereka semata menjalankan ego pemimpinya, seperti halnya orde sufi lainya.
Post A Comment:
0 comments:
tes